Tret tet…tet…tet… ! begitu gemuruh bunyi terompet hias di mana-mana.
Tradisi ini selalu terdengar di setiap pergantian tahun Masehi, utamanya
beberapa hari sebelum tanggal 1 Januari.
Puncak acara, adalah detik-detik terakhir menuju
tepat pukul 00.00. Tanpa dikomando, serentak terompet dibunyikan di berbagai
penjuru dunia.
Terompet telah identik dengan tahun baru Masehi. Anak
kecil, remaja, orang dewasa dan tidak ketinggalan para lanjut usia apapun ras
dan agamanya termasuk kaum Muslimin dengan wajah riang dan suka cita meniup
terompet untuk menyambut datangnya tahun baru tersebut.
Meniup terompet merupakan salah satu dari sekian
banyak cara menyambut dan merayakan tahun baru Masehi. Masih ada banyak cara,
acara, upacara dan aktivitas lainnya yang diadakan. Ada pula acara-acara yang
diadakan oleh sebagian kaum Muslimin yang mengambil lokasi
di beberapa tempat seperti masjid, lapangan dan sekolah. Acara-acara tersebut
diisi dengan aktivitas-aktivitas yang bernilai Islam seperti muhasabah,
tausiyah, mabit. Juga diisi dengan do’a, tahlil, tahmid dan dzikir
berjama’ah, Bahkan perlunya muhasabah dan memanjatkan do’a pergantian
tahun dalam menyambut tahun baru Masehi disinggung sebagian ustadz, ustadzah,
da’i, da’iyah dan khotib di dalam ceramah, tausiyah dan khutbah mereka. Semua
aktivitas dan acara yang berkaitan dengan datangnya tahun baru Masehi - baik
yang bernilai Islam maupun yang tidak - telah menjadi adat kebiasaan, keharusan
serta gaya, pola dan cara hidup banyak orang Islam di banyak tempat. Semua itu
dianggap wajar oleh mereka. Meniup terompet dan melakukan berbagai aktivitas
acara tahun baru tersebut dilakukan dengan senang dan ringan hati tanpa
bersikap kritis dan mempertanyakan apakah yang dilakukannya bernilai ibadah
atau tidak. Pertanyaan tersebut sangat vital bagi setiap Muslim karena tujuan
hidup diciptakannya manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah.
Allah berfirman yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (mengabdi) kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:56)
Allah berfirman yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (mengabdi) kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:56)
Jika bernilai ibadah, apapun pekerjaan yang bersifat
duniawi akan mendatangkan pahala dan ridho Allah. Jika tidak bernilai ibadah,
pelakunya hanya akan mendapatkan hal-hal yang bersifat duniawi. Itu adalah
sebuah kerugian bagi seorang Muslim. Pekerjaan apapun selain ibadah yang
bersifat ukhrowi bisa bernilai ibadah dan bisa diniatkan sebagai ibadah jika
pekerjaan tersebut termasuk kategori amal sholeh, serta baik dan benar menurut
ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Selain itu jika melakukannya atas dasar iman,
serta ada niat di dalam hati melakukan pekerjaan tersebut untuk menggapai ridho
Allah.
Pertanyaan kedua, yang harus dijawab adalah jika tidak bernilai ibadah apakah perbuatan itu adalah perbuatan dosa. Jika memang jelas itu adalah perbuatan dosa, maka setiap Muslim berkewajiban untuk tidak mempraktekkannya, serta menasehati dan mencegah orang lain terutama keluarga dan kerabat agar tidak melakukannya.
Pertanyaan kedua, yang harus dijawab adalah jika tidak bernilai ibadah apakah perbuatan itu adalah perbuatan dosa. Jika memang jelas itu adalah perbuatan dosa, maka setiap Muslim berkewajiban untuk tidak mempraktekkannya, serta menasehati dan mencegah orang lain terutama keluarga dan kerabat agar tidak melakukannya.
Allah berfrman yang artinya: “Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS.
Al-Ashr [103]:2-3)
Hakekat Tahun Masehi
Tahun Masehi adalah perhitungan tahun yang menggunakan
kalender Julian dan Gregorian. Dalam bahasa Inggris dan dipergunakan secara
internasional, istilah Masehi yang biasanya disingkat M disebut “Anno Domini”
(AD) yang berarti Tahun Tuhan kita dan Sebelum Masehi yang biasanya
disingkat SM disebut sebagai “Before Christ” (BC) yang berarti Sebelum Kristus.
Kalender Julian dibuat oleh Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes seorang ahli
astronomi dari Iskandariyah.
Kelender Masehi mulai dihitung dari tahun 1 M yang
dianggap sebagai kelahiran Isa Al-Masih. Sedang masa sebelum kelahirannya
disebut dengan Sebelum Masehi. Tahun Masehi dimulai dengan bulan Januarius yang
diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua, satu muka menghadap
ke depan dan yang satunya menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga
gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju Tahun yang baru.
Sedangkan kalender Gregorian adalah kalender yang digunakan untuk mengoreksi dan menggantikan kalender Julian yang berlaku sejak 47 SM. Yang mengusulkannya ialah Dr. Aloysius Lilius dari Napoli Italia dan direstui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582. Kalender ini disebut Gregorian karena dekritnya dikeluarkan oleh Paus Gregorius XIII. Pada awalnya kalender ini digunakan untuk menentukan jadwal kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan, serta untuk menentukan hari perayaan Paskah yang berlaku di seluruh dunia.
Sedangkan kalender Gregorian adalah kalender yang digunakan untuk mengoreksi dan menggantikan kalender Julian yang berlaku sejak 47 SM. Yang mengusulkannya ialah Dr. Aloysius Lilius dari Napoli Italia dan direstui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582. Kalender ini disebut Gregorian karena dekritnya dikeluarkan oleh Paus Gregorius XIII. Pada awalnya kalender ini digunakan untuk menentukan jadwal kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan, serta untuk menentukan hari perayaan Paskah yang berlaku di seluruh dunia.
Tahun baru Masehi pertama kali dirayakan pada tanggal
1 Januari 45 SM oleh bangsa Romawi dengan cara saling memberikan hadiah
potongan dahan pohon suci. Setelah itu, mereka saling memberikan kacang
atau koin lapis emas dengan gambar dewa Janus. Selain saling memberikan hadiah
di antara mereka, rakyat Romawi juga mempersembahkan hadiah kepada para kaisar.
Lambat laun para kaisar pun mewajibkan rakyatnya untuk mempersebahkan
hadiah-hadiah kepada mereka.
Pada Abad Pertengahan, setiap tanggal 25 Maret
mayoritas bangsa Eropa merayakan pergantian tahun sebagai hari raya umat
Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan. Selanjutnya pada tahun 1582
Paus Gregorius XIII mengubah hari perayaan tahun baru Umat Kristen dari tanggal
25 Maret menjadi 1 Januari kembali.
Di zaman ini kita bisa menyaksikan sendiri kedatangan tahun baru Masehi pasti beriringan dengan hari raya umat Kristen yakni Natal. Kita juga bisa menyaksikan sendiri dengan mudah ucapan hari Natal selalu satu paket dengan ucapan selamat tahun baru Masehi yang berbunyi “Merry Christmas and Happy New Year” (Selamat Natal dan Tahun Baru).
Di zaman ini kita bisa menyaksikan sendiri kedatangan tahun baru Masehi pasti beriringan dengan hari raya umat Kristen yakni Natal. Kita juga bisa menyaksikan sendiri dengan mudah ucapan hari Natal selalu satu paket dengan ucapan selamat tahun baru Masehi yang berbunyi “Merry Christmas and Happy New Year” (Selamat Natal dan Tahun Baru).
Dengan demikian jelaslah bahwa perayaan menyambut
tahun baru Masehi adalah salah satu hari suci umat Kristen, serta identik
dengan dan tidak bisa dipisahkan dari ajaran pagan Romawi dan agama Kristen
Tahun baru 2012 berbarengan dengan tahun baru 1433
Hijriyah , maka seyogyanya tahun ini harus lebih baik bari tahun sekarang.
Hijrah adalah jalan yang paling utama, hijrah untuk menuju ridho Allah.